Aku selalu percaya bahwa yang rusak tetap bisa diperbaiki. Bahwa seseorang sepertiku-yang hidup dengan emosi meledak-ledak, ketakutan ditinggalkan, dan hari-hari yang ditutupi kabut gelap-masih bisa menjadi "baik".
Baik menurut siapa?
Menurut dunia yang sering tidak mengerti isi kepalaku.
Namaku Rahma, 20 tahun. Aku memiliki BPD dan F32. Orang bilang aku terlalu sensitif. Terlalu emosional. Terlalu "berlebihan". Tapi tidak ada yang tahu rasanya menjadi aku: mencintai terlalu dalam, takut terlalu kuat, dan hancur terlalu cepat.
Hidupku mulai berubah ketika aku bertemu Dito, pria yang justru datang di tengah kekacauanku-bukan untuk memperbaiki, tapi untuk melihatku apa adanya. Sayangnya, aku ingin menjadi "baik" dengan caraku sendiri:
menahan rasa sakit sendirian, membohongi diri sendiri, pura-pura kuat, menuruti semua orang demi diterima, bahkan menyakiti diriku agar orang lain tidak pergi.
Semua itu... ternyata cara yang salah.
Saat rahasia, ketergantungan, dan ledakan emosiku mulai mengancam hubungan kami, aku harus memilih:
terus berpura-pura menjadi orang baik,
atau belajar menerima sisi gelapku dan mulai benar-benar sembuh.
Ini bukan kisah tentang menjadi sempurna.
Ini cerita tentang seseorang yang belajar mencintai diri sendiri di tengah rasa takut paling besar-ditinggalkan oleh orang yang akhirnya mengerti dirinya.
Elsa carmela elizalde, seorang pembunuh bayaran yang terbunuh saat berusaha menyelidiki alasan dibalik kematian kekasihnya.
Bukannya meninggal jiwanya justru masuk ke tubuh seorang antagonis bernama Elsa Camila Juarez, seorang gadis yang tergila-gila dengan mantan pacarnya.
Elsa selalu membully siapapun yang berani mendekati mantan pacarnya, hidup Elsa tidak jauh-jauh dari adik angkat sok polos dan kakak kembar laki-laki yang membencinya.
Ares Sebastian Vauganville, seorang laki-laki dingin yang memiliki aura menakutkan. Ares adalah tunangan yang selalu disia-siakan oleh Elsa, lelaki itu selalu membereskan kekacauan yang dibuat oleh Elsa.
"Only mine ... forever." -Ares Sebastian Vauganville-