mengapa aku dilahirkan jika tidak diperdulikan

Queena Aleya Baskara tumbuh sebagai anak tunggal yang sejak kecil dipenuhi kasih sayang. Hidupnya dulu begitu hangat papa yang selalu menggendongnya sepulang kerja, dan mama yang tak pernah melepaskan senyum saat memanggil namanya. Aleya kecil adalah gadis ceria, dengan mata jernih yang selalu memantulkan kebahagiaan rumahnya.

Namun, semuanya berubah saat ia menginjak usia sepuluh tahun. Pada usia semuda itu, Aleya menyaksikan rumah yang dulu penuh tawa berubah menjadi tempat penuh pertengkaran. Papa Aleya, Ahmad Firmansyah Bagaskara, ketahuan berselingkuh. Sejak hari itu, langit hidup Aleya seolah runtuh tanpa suara. Mamanya, Desianti Bagaskara, tenggelam dalam amarah dan depresi emosi yang setiap hari meledak tanpa arah.

Bagi Aleya kecil, itu adalah luka yang tak bisa dijelaskan. Ia hanya bisa berdiri di ambang pintu, melihat mamanya menahan tangis, membanting barang, atau menatap kosong. Namun yang paling menyakitkan adalah ketika amarah itu berbalik kepadanya. Mama yang dulu memeluknya setiap malam kini sering memaki dan mengusirnya dari dekapan, menganggap Aleya sebagai perpanjangan pengkhianatan suaminya.

"Aku benci kamu... kamu anak dari lelaki itu," adalah kalimat yang paling sering diterimanya.

Sejak itu penderitaan Aleya dimulai bukan hanya karena rumah yang retak, tetapi karena ia harus belajar menahan sakit yang terlalu besar untuk usia sekecil itu. Ia tumbuh dalam diam, membawa luka yang tak terlihat, tapi menggoreskan jejak paling dalam pada hidupnya.