Qiao Li bertransmigrasi ke tahun 1980-an, menjadi ibu rumah tangga kaya dalam sebuah novel periode.
Kabar baiknya adalah suaminya kaya dan dermawan, kegiatannya yang paling sering adalah memberinya uang dan kemudian sering keluar rumah.
Kabar buruknya adalah kedua putranya merupakan penjahat utama dengan peran penting dalam novel tersebut.
Putra bungsu kesayangannya adalah penjahat umpan meriam yang tak berotak, sementara putra sulungnya yang terabaikan adalah penjahat yang tenang dan berurat berakar.
Keduanya akan menjadi batu sandungan bagi tokoh utama pria, yang pada akhirnya menghambur-hamburkan kekayaan keluarga dan memaksanya bekerja jauh dari rumah bahkan di usia lima puluhan, di mana ia akhirnya meninggal karena sakit.
Putra sulungnya, Lu Shaoyan, tampak dewasa dan tenang di permukaan, tetapi sebenarnya rentan secara emosional dan acuh tak acuh terhadap tokoh utama pria, terus-menerus bertengkar dengan adik laki-lakinya.
Putra bungsunya, Lu Shaoci, adalah anak manja yang khas, baik lahir maupun batin. Seiring bertambahnya usia, ia menjadi semakin tidak berguna, perusahaan barunya terus-menerus merugi, dan ia mudah tergoda untuk mengambil alih bisnis keluarga dari kakak laki-lakinya.
Tokoh protagonis pria sepenuhnya memanipulasi kedua putranya dengan pernyataan sederhana, "Kalian tidak akan pernah sebaik kakak/adik kalian."
Qiao Li memahami bahwa masalahnya terutama terletak di dalam keluarga.
Maka, ia memutuskan untuk menyatukan mereka.
Dalam hubungan mereka, keadilan adalah yang terpenting. Akibatnya, Qiao Li tampak berubah. Ia berhenti membereskan kekacauan Lu Shaoci, berhenti membelikannya camilan, dan bahkan berhenti memberinya pengingat harian. Para tetangga sering mendengar Qiao Li memuji Lu Shaoyan.
Selanjutnya muncul konsep kerja sama dan saling menguntungkan: "Siapa pun yang memijat bahuku hari ini akan mendapat 50 sen."
(Sinopsis lanjut di dalam ▶️▶️)