Safara Leviosa adalah seorang analis kebijakan senior di Kementerian Perencanaan Nasional Orion yang percaya bahwa data dan kebenaran bisa mengubah sistem. Setelah laporan penolakannya diabaikan dan menghadapi tekanan politik yang tak tertahankan, Safara memilih mengundurkan diri. Ia pulang ke Desa Diren, kampung halamannya yang damai, mencoba menemukan kembali dirinya di tengah sawah dan kenangan masa kecil.
Di sana, ia bertemu kembali dengan teman masa kecilnya yang kini menjadi dosen IT, dan mendapat tawaran menjadi asisten dosen dari mantan pembimbingnya. Safara memasuki dunia akademik dengan harapan bisa berkontribusi dari jalur yang lebih jujur. Di kampus, ia bekerja sama dengan kepala laboratorium muda yang brilian, untuk membimbing mahasiswa melakukan penelitian.
Namun kebenaran hasil penelitian yang mereka temukan ternyata terlalu berbahaya. Safara dan timnya menghadapi tekanan sistemik. Di tengah perjuangan melawan sistem yang korup, Safara juga harus menghadapi dilema pribadinya.
Ketika kebijakan itu akhirnya tetap berjalan, Safara menyadari bahwa melawan sistem bukan tentang menang atau kalah secara politis. Ini tentang menanam benih perubahan di generasi yang akan datang, tentang memilih tetap jujur meski dunia memaksamu untuk berbohong, dan tentang menemukan kekuatan dalam kekalahan yang bermartabat.
Mapping Lies adalah novel tentang idealisme yang bertemu realitas, tentang cinta yang harus memilih antara hati dan prinsip, dan tentang kemenangan moral di tengah kekalahan sistemik, sebuah cermin bagi mereka yang pernah bertanya 'apakah berjuang untuk kebenaran masih ada artinya ketika sistem dirancang untuk mengkhianatinya?'
Gadis cantik dengan kehidupan sederhana, Emily selalu bersyukur dengan semuanya yang ia rasakan dan ia terima, hidup berdua dengan sang adik membuatnya harus merelakan banyak hal, yang kebanyakan gadis seusianya impikan.
Mengenai cinta, Emily tentu saja juga mengharapkannya, dicintai dan diterima dengan keadaan yang ada, adalah impian terindahnya.
namun nyatanya, cinta yang mendatanginya bukan berwujud keindahan, melainkan wujud kesakitan yang lukanya tak akan pernah bisa dilupakan selamnya, dan sejak itu Emily tau bahwa dia harus mundur dari kisah cinta pertamanya, dan mencari pengganti yang memiliki kasta di ukuran yang sama.