Sejak kecil, tujuh anak laki-laki yang tinggal di lingkungan yang sama telah berbagi banyak hal. Tawa, luka, dan juga mimpi-mimpi yang mereka bangun bersama. Ketika dewasa, mereka memutuskan langkah besar, masuk sekolah kepolisian dan bersumpah menjaga negara. Tekad itu membawa mereka menjadi satu tim khusus setelah lulus. Sebuah unit detektif yang bekerja untuk kasus-kasus berat dan berbahaya. Mereka tumbuh bukan hanya sebagai sahabat, tetapi sebagai rekan yang saling menjaga nyawa satu sama lain
Namun masa damai itu berakhir ketika kasus yang sudah berlangsung sepuluh tahun kembali mencuat. Kasus tentang pembunuh misterius yang dijuluki publik sebagai "Cruel Killer King" Pelakunya sangat terampil, selalu meninggalkan TKP yang bersih, dan targetnya selalu memiliki satu kesamaan, mereka adalah orang-orang yang seharusnya dihukum oleh hukum, namun lolos entah karena uang, kuasa, atau manipulasi
Kini, giliran tim detektif tujuh sahabat itu yang mendapat mandat untuk menuntaskan kasus legendaris tersebut
Awalnya, mereka menjalankan penyelidikan dengan penuh semangat meski dibayangi tekanan. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin besar rasa tidak nyaman yang tumbuh di hati Hector, ketua tim mereka. Beberapa pola pembunuhan mengingatkannya pada percakapan lama yang mereka lakukan bertahun-tahun lalu saat masih remaja
Kecurigaan itu membuat Hector bimbang. Mungkinkah "Cruel Killer King" selama ini bukan orang asing? melainkan seseorang yang pernah duduk bersamanya di meja makan? Seseorang yang ia kenal sejak kecil?
Persahabatan yang mereka banggakan selama puluhan tahun diuji oleh kebenaran pahit untuk menangkap pembunuh itu, mereka mungkin harus membongkar sisi tergelap dari salah satu sahabat mereka sendiri
Namun pertanyaannya adalah
Jika pelaku benar berasal dari antara mereka, apakah mereka benar-benar siap menghadapi konsekuensinya? Ataukah mereka akan menghancurkan satu sama lain demi mempertahankan persahabatan yang sudah rusak tanpa mereka sadari?
"𝑺𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒇𝒊𝒌𝒔𝒊 𝒑𝒐𝒍𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒓𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒐𝒔𝒊𝒂𝒍 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒌𝒚𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒂𝒌 𝒕𝒖𝒏𝒅𝒖𝒌 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒓𝒂𝒏𝒊."
____
Di negeri yang menyebut dirinya demokrasi, keadilan justru dibunuh di jalanan. Pejabat yang memperkaya keluarga, aparat yang menembaki rakyat, serta suara kebenaran yang dikubur bersama tubuh yang tak pernah kembali.
Ini adalah kisah tentang ibu yang kehilangan anak, mahasiswa yang memilih berdiri meski diterjang peluru, dan rakyat biasa yang menemukan keberanian untuk berkata: "Kami tidak hilang. Kami rakyat Amandara."
Ini adalah perjalanan panjang tentang luka, perlawanan, dan harapan- hingga akhirnya lahir negeri baru dari abu dan air mata rakyatnya.