Ini bukan buku motivasi.
Bukan juga buku filsafat yang penuh kutipan tokoh mati dua ribu tahun lalu.
Ini cerita tentang seorang barista-SoPunk-yang hidupnya digilas realita tiap hari, tapi tetap belajar menjaga kepala tetap dingin sambil hatinya sering mendidih.
Di kedainya yang kecil, setiap seduhan kopi bukan cuma aroma... tapi doa, marah, ketawa, dan kadang kutukan kecil yang tak pernah ia akui.
Di sini kau bakal ketemu tiga racun hidup yang diramu jadi obat:
- Stoik, buat menahan diri supaya kau tak meledak.
- Bodoh amat, buat menyelamatkan dirimu dari omongan orang.
- Punk, buat tidak tunduk saat dunia terlalu sok berkuasa.
Kopi yang ia seduh punya sentuhan magis:
ia memaksa siapa pun yang menyesapnya menghadapi diri sendiri. Kadang manis, kadang pahit, kadang seperti hidup, tak terdefinisi tapi tetap harus ditelan. Lewat tawa getir, amarah yang dipoles, dan kejujuran yang tak nyaman, buku ini menampar pelan:
hidup itu keras, tapi kita lebih keras jika jujur pada diri sendiri.
Kalau kau sedang lelah menjadi baik, atau muak pura-pura kuat, buku ini mungkin rumah yang kau cari. Buku ini tidak mengajarkan bagaimana menjadi bahagia. Buku ini mengajarkan bagaimana tetap berdiri ketika bahagia telat datang. Tapi hati-hati. Begitu kau baca, dunia yang pahit itu akan menatap balik.
[Teenfiction, Education, and Friendship]
Di balik kesederhanaan Alesha Casilda, seorang mahasiswa baru yang gemar melakukan hal-hal gila dan tak terduga, tersembunyi cinta yang mendalam pada Abian, senior tampan Jurusan Kedokteran yang masih terjebak dalam masa lalunya yang penuh luka.
***
Abian pernah merasakan cinta yang berakhir pahit, kini harus menghadapi perasaan baru yang datang dari Alesha, seorang gadis yang jauh dari kesan 'sempurna' namun memiliki hati yang tulus. Apakah perbedaan kasta dan latar belakang akan menjadi penghalang cinta mereka? Atau akankah Alesha berhasil menaklukkan hati Abian dan membuatnya melupakan masa lalunya yang kelam?
Dalam perjalanan cinta dan pendidikan yang penuh lika-liku di dunia perkuliahan, Alesha dan Abian harus menghadapi tantangan dan memutuskan apa yang benar-benar mereka inginkan.