Seorang pria, yang imannya teguh pada salib, jatuh cinta pada seorang perempuan yang ketenangan jiwanya bersandar pada syahadat dan tasbih.
Mereka mendapati diri mereka berdiri di dua jendela yang berbeda, terpisah oleh batas keyakinan, namun berbagi satu langit harapan yang sama. Cinta mereka sekuat takdir, tetapi perbedaan mereka adalah kenyataan yang tidak dapat dinegosiasikan.
"Kita mungkin punya kitab yang berbeda, Tia, tapi kita punya bahasa cinta yang sama. Jangan menyerah. Selama kita memandang langit yang sama, izinkan aku berjuang sedikit lagi. Karena bagiku, kamu bukan pilihan, tapi keajaiban nyata dari Tuhan-ku. Dan aku tidak bisa memilih antara keajaiban dan keyakinan."
-Nagara
"Aku tahu kita berbagi bahasa cinta, Nagara. Tapi bahasa itu tidak bisa mengubah takdir yang sudah tertulis. Kamu bilang aku adalah keajaiban-Nya. Kalau begitu, biarkan aku tetap suci di jalan-Nya. Perjuanganmu indah, tapi melepaskanmu adalah satu-satunya bentuk cinta yang tidak melanggar janji kami pada Tuhan."
-Tia
Ini adalah kisah tentang perjuangan untuk bersatu di tengah benturan dua jalan suci. Akankah cinta mereka cukup kuat untuk menemukan titik temu, atau akankah mereka menjadi dua jiwa yang tragis, dipaksa berpisah oleh doa yang tak pernah bisa diucapkan serentak?
Nala, 24 tahun. Gadis manis asli Jawa yang hidup sendirian di rumah sederhana dekat tempatnya bekerja. Gadis yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman kerjanya. Semua berjalan baik seperti biasa, sampai Dia menyadari, ada sosok yang mulai memperhatikannya dalam diam. Sosok yang tidak pernah Nala bayangkan, akan sedalam ini menaruh atensi padanya.
Begitupun dengan lelaki dewasa usia 32 tahun ini. Namanya Sada, orangnya diam, diam yang benar-benar pendiam. Gak suka nyinyir, tenang, kalem, gentle men dan berwibawa. Membuat orang yang melihatnya segan. Siapa yang tahu, lelaki se datar ini bakal jatuh hati pada cewek cheerfull dan friendly seperti Nala? Sampai sahabatnya, Brian tidak percaya fakta ini.
Seperti apa kisah Gen Z x Gen Millenial ini? Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Apakah Sada, om-om loyal tapi pendiam ini dapat mendobrak hati seorang Nala, si gadis manis penuh ekspresi?
Starting with Park Sungjin as Sadana Pradipta and Nala Lesthia