"Mas... lagi... aku masih mau... jangan berhenti..."
Reza akhirnya mengambil alih lagi.
Dia membalik posisi Aira, menekannya ke ranjang, lalu bergerak keras-dalam, teratur, tapi penuh cinta.
Setiap dorongan disertai bisikan "Aku cinta kamu" yang serak, penuh emosi.
Mereka klimaks bersama untuk yang terakhir kali-sangat lama, sangat dalam, sampai Aira hanya bisa tersedu lemah di pelukan Reza.
Reza menahan di dalam, memeluk Aira erat-erat, mencium keningnya yang basah keringat.
"Aku milik kamu," bisik Aira lirih, suaranya habis.
"Cuma kamu... selamanya..."
Reza mencium bibirnya pelan, lalu menarik selimut menutupi mereka berdua.
"Tidur, sayang. Besok kita mulai hari baru. Tanpa orang lain."
Aira mengangguk lemah, tertidur dalam pelukan Reza dengan senyum kecil di bibirnya.
Tapi di luar jendela kamar,
bayangan seseorang berdiri di bawah pohon akasia.
Rian.
Dengan ponsel di tangan, merekam suara samar yang terbawa angin malam-desahan, rengekan, dan nama Reza yang dipanggil berulang-ulang.
Dia tersenyum dingin.
Video itu sudah cukup.
"Mampus kau kepsek killer!"