Cerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa.
Dengan tokoh yang biasa.
Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta.
Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya.
Tetapi pepatah itu seperti kalimat mantra yang sulit di patahkan.
Saling jatuh cinta ketika sudah terbiasa bersama.
Tetapi ego sekali lagi bertindak, menahan kata cinta yang sudah ada di ujung lidah.
Lalu sekejap mata mereka tenggelam dalam sebuah muslihat pihak ketiga.
Membelenggu mereka yang sedang berada di atas titian tali kepercayaan, dimana satu langkah harus diambil tanpa bisa di cegah.
Langkah yang menentukan apakah mereka akan bertahan atau jatuh.
Bertahan demi cinta tak terucap
atau Jatuh ke dalam jurang tak berujung
Setelah patah hati yang mengajarkan luka lebih dalam dari sekadar kehilangan, Lili bersumpah tak ingin jatuh lagi. Tapi takdir mempertemukannya dengan lelaki sederhana yang hadir tanpa janji manis tapi penuh makna.
lelaki itu berbeda. Bukan hanya caranya mencintai, tapi juga arah doanya. Semakin dekat mereka, semakin jauh kenyataan membawa. Di antara senyuman dan air mata, mereka menyadari: cinta bisa tumbuh di mana saja, tapi tak selalu bisa tinggal.
Ini adalah cerita tentang dua hati yang saling menemukan, tapi tak bisa memiliki. Bukan karena tak cinta tapi karena mereka terlalu percaya.
Apakah rasa bisa tetap tumbuh meski arah tak sejalan?
Atau justru mereka harus memilih, antara cinta yang hangat... atau keyakinan yang tak bisa dikompromi?