Hai, aku Aom. Pernah mendengar penyakit Alzheimer? Yang pada umumnya hanya diderita oleh para lansia. Aku menemukannya pada diriku ketika umurku 24 Tahun. Dokter yang memeriksaku berkata bahwa hal ini telah berlangsung dalam sepuluh tahun terakhir. Penyakit ini sama seperti halnya Amnesia. Bedanya, Alzheimer yang ku derita memberikan efek yang cukup besar untuk otakku. Perlahan ukurannya menyusut bersama hilangnya memori memori yang bagiku sangat indah. Aku ingin mengingat semua masa laluku dengan baik, mengingat ketika aku berada di masa SMA. Bagaimana aku bertemu suamiku, atau bagaimana aku bisa menjalani hidupku. Sekedar untuk memotivasi diriku kedepannya.
Namun, yang ku miliki. Semuanya kosong, seperti bayi yang baru mengetahui bagaimana caranya berjalan, merangkak, berbicara, aku kembali seperti itu tanpa mengetahui bagaimana aku yang kemarin. Setiap harinya terasa hari baru bagiku, karena tak sedikitpun memori yang tersisa. Yang ku tau, setiap harinya aku masih bernafas, jantungku masih berdetak. Bagaimanapun, aku berterima kasih. Karena Tuhan memberikanku suami yang tidak pernah mengeluh dengan penyakitku meski terkadang aku tidak mengenalinya. Sampai akhirnya, aku tak lagi memiliki orang yang sangat berharaga itu. Lalu seperti apa aku akan hidup kedepannya?
"You're different from what I expected," she said softly.
"How so?" he asked, glancing at her.
"I don't know," she replied, searching for the right words. "You just... have this way of making people feel like they matter. Even here, in this... nightmare."
He was quiet for a moment before responding. "You matter, Y/n. Don't forget that."
OR
Y/n wakes up in the deadly Squid Game, surrounded by strangers and fighting to survive. What she doesn't know is that the mysterious Frontman is watching her every move through the cameras- and she's caught his attention.