LOOK WHAT YOU'VE DONE
  • Reads 101,132
  • Votes 7,670
  • Parts 6
  • Reads 101,132
  • Votes 7,670
  • Parts 6
Complete, First published Jun 25, 2015
"I want my life back as usual. A senior editor at Bookable, twenty-nine-years old, handsome, well-established, free, not bound by the status as the husband of Janina Yusuf. Yes, people, I wanna get back into the most desirable bachelor." - Emyr Atmadjaya
        
"If he want his life to be like before, me too. I want to return know as an awesome model, twenty-six-years old, lovely, talented, free, not bound by the status as the wife of Emyr Atmadjaya. Yes, I'm ready to go back to the old life." - Janina Yusuf
        
        
Dua orang yang terikat pernikahan hanya karena tak kuasa menolak permintaan dari orang-orang yang mereka sayangi, akhirnya memutuskan untuk menyudahi ketika tak ada lagi alasan untuk terus bertahan dalam permainan.
        
Harapan mereka terkabul. Hidup mereka kembali seperti sedia kala. Sampai akhirnya takdir kembali mempertemukan keduanya. Sanggupkah Emyr dan Janina bertahan pada keinginannya?
  
Look What You've Done © 2015 by Jenny Annissa.
All Rights Reserved
Sign up to add LOOK WHAT YOU'VE DONE to your library and receive updates
or
#250senior
Content Guidelines
You may also like
Rindu dalam Piring Seng by opicepaka
5 parts Ongoing
"Katanya, apa yang kita ingin kita makan, kadang mencerminkan apa yang kita ingin rasakan." Arum memeluk lututnya sendiri. "Kalian belajar teori kayak gitu juga?" Jari-jari Latif menyisir rambut ikal Sofa, rambut ikal yang mengingat Latif pada Ibu. "Memang kalau aku ingin manis, apa yang ingin kurasakan?" Dia tidak sempat ikut memandikan ibunya. Ketika dia datang, jasad telah siap diangkat ke masjid terdekat untuk disalatkan. Sampai saat ini, meski telah lewat tujuh hari, masih dirasakan beban di pundaknya dengan jelas ketika mengangkat keranda. Arum menatap Latif lama, mata hitamnya berkaca-kaca. "Bahagia." **** Dalam kehilangan yang mendalam, Bubur Merah sederhana terhidang dalam piring seng yang telah terkikis tepiannya. Hangat yang mengalir dari mulut hingga perut, memeluk jiwanya yang selama beberapa hari hampa. Manis yang terkecap lidah, memberi pertanda, dunia bukan hanya tentang getirnya duka. Sejak saat itu, makanan yang menjadi perlambang sosok ibu itu selalu memberi rasa nyaman dalam hati Latif. Rasa nyaman yang selalu terbetik bersama bayangan peri yang menabur bubuk ajaib hingga masakan itu tercipta. **** Arum terlalu sering menatap lautan hitam setelah berkutat belasan jam menyelesaikan ribuan hidangan untuk orang yang berpesta. Pemandangan kosong serupa hatinya yang tidak tahu apa inginnya. Dia rindu pada rasa hangat yang menjalar ketika masakan sederhananya mencipta senyum tulus berbalut syukur di wajah penikmatnya. Dia ingin kembali pada kompor minyak sederhana; air sumur pompa; pecahan beras, dan piring seng yang telah terkikis tepiannya.
You may also like
Slide 1 of 10
Rindu dalam Piring Seng cover
Abigel of Scandal cover
Office Hours cover
Love at Risk cover
Hello, KKN! cover
Bosku Istriku [SELESAI] cover
Cinta yang Sederhana cover
Painting Flowers (Pain Series #1) cover
The Boss is My Roommate [21+] cover
us against the world ✓ [Pindah ke Dreame] cover

Rindu dalam Piring Seng

5 parts Ongoing

"Katanya, apa yang kita ingin kita makan, kadang mencerminkan apa yang kita ingin rasakan." Arum memeluk lututnya sendiri. "Kalian belajar teori kayak gitu juga?" Jari-jari Latif menyisir rambut ikal Sofa, rambut ikal yang mengingat Latif pada Ibu. "Memang kalau aku ingin manis, apa yang ingin kurasakan?" Dia tidak sempat ikut memandikan ibunya. Ketika dia datang, jasad telah siap diangkat ke masjid terdekat untuk disalatkan. Sampai saat ini, meski telah lewat tujuh hari, masih dirasakan beban di pundaknya dengan jelas ketika mengangkat keranda. Arum menatap Latif lama, mata hitamnya berkaca-kaca. "Bahagia." **** Dalam kehilangan yang mendalam, Bubur Merah sederhana terhidang dalam piring seng yang telah terkikis tepiannya. Hangat yang mengalir dari mulut hingga perut, memeluk jiwanya yang selama beberapa hari hampa. Manis yang terkecap lidah, memberi pertanda, dunia bukan hanya tentang getirnya duka. Sejak saat itu, makanan yang menjadi perlambang sosok ibu itu selalu memberi rasa nyaman dalam hati Latif. Rasa nyaman yang selalu terbetik bersama bayangan peri yang menabur bubuk ajaib hingga masakan itu tercipta. **** Arum terlalu sering menatap lautan hitam setelah berkutat belasan jam menyelesaikan ribuan hidangan untuk orang yang berpesta. Pemandangan kosong serupa hatinya yang tidak tahu apa inginnya. Dia rindu pada rasa hangat yang menjalar ketika masakan sederhananya mencipta senyum tulus berbalut syukur di wajah penikmatnya. Dia ingin kembali pada kompor minyak sederhana; air sumur pompa; pecahan beras, dan piring seng yang telah terkikis tepiannya.