Aku harus bisa merelakannya pada waktunya, saat ia pergi meninggalkanku, begitu kata dokter. Aku tau ia tidak akan meninggalkanku. Karena itu, aku tidak terlalu menanggapi kata dokter saat itu. Semakin kakiku melangkah mendekati kamarnya, semakin besar pula ketakutanku saat berpikir suatu saat aku akan mendapatinya tertidur panjang dengan damai di ranjangnya saat aku membuka pintu kamar bernomor 323 itu. Akankah semua ketakutanku itu menjadi kenyataan?