Fern. Berarti paku, kan? Yeah, dia adalah paku dalam kehidupanku. Tiba-tiba tinggal di loteng rumahku, satu sekolah denganku, adik kelas bodoh, dan--yang paling menyebalkan--dia satu-satunya gamer di rumahku. Tapi, kenapa aku benar-benar peduli padanya?
Alfi. Sejak kapan dia menempel padaku seperti ini? Yeah, aku tidak keberatan untuk menempel padanya juga, sih. Pintar, baik hati, konyol, kaya? Aku tidak tahu untuk poin terakhir itu. Tapi, aku bisa memastikan bila Alfi adalah orang yang akan membuatmu jatuh cinta, salah satunya mungkin aku?
Maeve. Itu namaku. Nggak punya temen, kata Alfi. Ambisius buat masuk fakultas kedokteran, kata Alfi juga. Menarik, kata Fern. Yang terakhir mungkin dia berbohong buat bahagiain aku. Terserahlah. Aku tidak peduli dengan banyak orang, desperate banget sama yang namanya 'teman'. Sementara ini, aku (mungkin) nggak jatuh cinta pada siapapun.
Ceritaku memang biasa aja. Tapi, jujur aja, pasti ada cewek desperate di sekolahmu, kan? Ini salah satu cerita mereka.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan