Fern. Berarti paku, kan? Yeah, dia adalah paku dalam kehidupanku. Tiba-tiba tinggal di loteng rumahku, satu sekolah denganku, adik kelas bodoh, dan--yang paling menyebalkan--dia satu-satunya gamer di rumahku. Tapi, kenapa aku benar-benar peduli padanya?
Alfi. Sejak kapan dia menempel padaku seperti ini? Yeah, aku tidak keberatan untuk menempel padanya juga, sih. Pintar, baik hati, konyol, kaya? Aku tidak tahu untuk poin terakhir itu. Tapi, aku bisa memastikan bila Alfi adalah orang yang akan membuatmu jatuh cinta, salah satunya mungkin aku?
Maeve. Itu namaku. Nggak punya temen, kata Alfi. Ambisius buat masuk fakultas kedokteran, kata Alfi juga. Menarik, kata Fern. Yang terakhir mungkin dia berbohong buat bahagiain aku. Terserahlah. Aku tidak peduli dengan banyak orang, desperate banget sama yang namanya 'teman'. Sementara ini, aku (mungkin) nggak jatuh cinta pada siapapun.
Ceritaku memang biasa aja. Tapi, jujur aja, pasti ada cewek desperate di sekolahmu, kan? Ini salah satu cerita mereka.
Semula Ayesha berpikir kalau kehadirannya bagi Elkairo Danadyaksa bukanlah apa-apa. Ia bukan seseorang yang ditunggu laki-laki itu dalam lelahnya. Bukan seseorang yang mendapat ungkapan cinta darinya. Bukan pula seseorang yang dicari saat kehadirannya tidak nampak. Jadi, ketika kebohongannya terbongkar dan satu-satunya jalan adalah pergi, Ayesha pikir tak apa.
Karena ia hanya tunangan pengganti laki-laki itu selama ini.
Hingga Ayesha yang memulai hidup barunya mendapatkan teror pesan dan telepon dari nomor yang silih berganti.
"Gimana rasanya kabur dari aku?"