Mungkin akan terdengar klise, tapi memang ini yang terjadi.
Entah ini sebuah kutukan atau keberuntungan.
Ketika cinta ada di urutan paling bawah diantara jutaan daftar keinginan. Ketika rasa itu sangat tidak diharapkan kehadiranya. Ketika ia seperti penyakit yang harus dihindari.
Cinta justru datang dengan kekuatan berlipat ganda. Menyerang bagai wabah. Mendobrak tanpa peringatan. Menguntit seperti bayangan. Menghantui. Memaksa. Merayu. Menindas. Merampas. Tidak memberi ruang dan pilihan.
Tapi ketika cinta mulai bisa diterima dengan tangan terbuka, ia justru mengancam untuk pergi.
Apakah cinta memang se-egois itu?