Follow instagramku: @falamalina
untuk informasi buku-buku yang diterbitkan . Terima kasih.
****
Alana, Audi, Kaia, Nadine, dan Adel bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMA. Lima sahabat dengan karakter yang berbeda. Lana yang kelewat konservatif, Audi yang terlalu saklek, Kaia si magnet lelaki, Nadine yang masih polos dan Adel si gadis alim. Kelimanya berpisah ketika mereka harus berjuang mewujudkan impian dan kesuksesan hidupnya masing - masing. Lana sebagai akuntan, Audi sukses menjadi pengacara, Kaia sekretaris kesayangan big boss perusahaan ternama, Nadine sebagai fashion designer terkenal, dan Adel sang psikolog anak.
Lalu, setelah persahabatan mereka berlangsung sepuluh tahun lamanya, tibalah kabar gembira yang telah mereka nantikan. Khayalan yang telah mereka bicarakan sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Nadine akhirnya memutuskan untuk menikah dengan kekasih bulenya. Akhirnya salah satu di antara kelima gadis lajang itu menikah.
Di tengah kabar gembira itu, hanya Lana yang merasa cemas. Hanya Lana sendiri yang pusing tujuh keliling memikirkan siapa yang akan menjadi Groomsman-nya. Pasalnya, hanya dirinya lah yang belum memiliki pasangan.
"Gue mau kalian yang jadi Bridesmaids-nya. Tapi...
"kalian harus bawa pasangan masing - masing sebagai Groomsman kalian."
Dan Lana hanya bisa gigit jari di tempat duduknya.
{Completed/utuh/tamat}
Fayka mau tak mau harus sering bertemu dengan Yasa karena memiliki dosen pembimbing yang sama. Berawal dari sesama kesengsaraan korban dospem, bagaimana jika Fayka mulai baper karena Yasa, yang mendapatkan predikat fakboi, terus bersikap manis padanya?
***
Setelah empat tahun menempuh pendidikan di jurusan psikologi, Fayka seperti mahasiswa lainnya harus mengerjakan tugas akhir skripsi. Sialnya, Fayka mendapatkan dosen pembimbing yang killer dan membuat jantungnya tak keruan setiap akan melakukan bimbingan. Namun, penyebab jantungnya tak keruan bukan hanya dosen pembimbing. Yasa, sang kayak tingkat penyandang status fakboi kampus, mendapatkan dosen pembimbing yang sama dengan Fayka dan terus bersikap manis pada Fayka. Menolak rasa bapernya, Fayka mencoba memfokuskan diri pada skripsi yang harus diselesaikannya segara akibat tuntutan sang Ibu. Sayangnya, takdir tidak selalu berpihak pada Fayka untuk mempermudah jalannya menuju sidang. Lalu bagaimana dengan perasaan Fayka jika ketika badai menerjang hidup, Yasa adalah orang yang selalu hadir di sisinya?