|without |
‘’bantuin gue lah’’ Louis membujuk sahabat-sahabatnya.
‘’gue gak bisa’’ Liam mencari alasan.
‘’aduhh..apalagi gue’’ Niall menimpali.
‘’ini kesempatan bagus, jadi tolongin gue ya’’ Louis memohon pada Niall dan Liam.
‘’lu tau kan kalo gue gak bisa bohong, apalagi sama yang namanya MAMA’’ Liam tampak sedikit gerah.
‘’kalo lu Nai?’’
‘’bukannya apa-apa Lou, gue takut disamber nyokap lu’’ Niall tertawa kecil.
‘’hah..yaudah. Gue mau cabut, mau nanya Harry dulu’’ Louis meninggalkan Liam dan Niall diteras rumahnya.
‘’pasti dia bete Payn , gue yakin’’ Niall seperti mengajak taruhan.
‘’pastinya, tapi ngomong-ngomong nasib kita gimana juga ya?’’ Liam menggaruk kepalanya.
‘’oh iya..gimana ya?’’ Niall menutup wajahnya dengan tangannya.
**
‘’Harry..Harry’’ Louis memanggil Harry dari luar pagar.
‘’aduh, tuh anak kemana sih? Gue telvon aja kali ya’’ Louis mengeluarkan gadgetnya.
‘’Har. Gue didepan rumah lu, lu dirumah kan?’’
‘’oh ya, gue turun dulu’’ Harry melihat Louis dari kamarnya dari jendela.
‘’dirumah lu gak ada orang?’’
‘’gak ada’’ Harry menjawab dengan cuek.
‘’kemana? Liburan?’’
‘’banyak tanya, mau ngapain lu?’’ Harry menutup pagarnya.
‘’gue mau minta tolong, lu mau gak?’’ Louis duduk diteras Harry.
‘’gak masuk aja? disini dingin Lou’’ Harry membuka pintu rumahnya.
‘’yaudah kalo lu maksa’’ Louis berlari kedalam.
‘’lu betah dirumah yang gak ada orangnya Har?’’ Louis melihat sekitar ruang tamu.
Rumah Harry tergolong cukup besar. Namun Harry masih saja betah berlama-lama dirumahnya yang tidak ada orang didalamnya.