Prolog
Malam itu langit cerah seperti biasanya di desa kecil tempat Granny tinggal. Tidak ada yang aneh tentang itu, selain bunyi lonceng yang bergema setiap malam-malam ganjil. Menurut Granny, lonceng itu tanda sedang berlangsungnya tradisi desa. Granny tidak pernah mau menjelaskan lebih lanjut, entahlah kenapa. Suara itu berasal dari pinggiran desa, tepatnya di dekat kebun Paman Gath. Anehnya suara itu bergema ke seluruh desa. Jika kalian tidak tahu Paman Gath adalah tetangga yang tinggal tepat di sebrang rumah Granny. Aku belum pernah bertemu dengan Paman Gath sebelumnya, walaupun hari ini tepat satu minggu aku tinggal di desa kecil ini. Tidak ada yang aneh tentang hal itu, selain menurut Granny, Paman Gath sedikit takut dengan sinar matahari. Tidak ada yang aneh tentang itu, aku sendiri tidak pernah mau berurusan dengan sinar matahari yang akan membuatku gosong karena panasnya. Kau tahu panasnya matahari siang di bulan Agustus sangatlah terik, karena itu aku lebih suka musim dingin. Walaupun sebenarnya di desa tempat tinggal Granny curah hujan sangatlah tinggi, Ya sama sekali tidak ada hal aneh di sini.
Tapi ternyata aku salah, saat malam ke-25 di bulan ini. Lonceng yang biasanya berbunyi sebanyak 3 kali, kali ini berbunyi sebanyak 6 kali. Bukan hanya itu, tepat saat bunyi lonceng ke-6 mataku terpejam di dekat kebun Paman Gath dengan banyak suara yang bergema di telingaku, salah satunya suara Granny. Hanya satu kata yang beliau dengungkan, yaitu Gath.