Segala yang bukan kita (End)
72 Delen Compleet Ada cinta yang dikejar bukan karena jiwanya menyentuh, tapi karena citranya menjanjikan kesempurnaan. Ada yang dipilih bukan karena diinginkan, tapi karena hadirnya memudahkan.
Sebagian hati hadir bukan untuk dimiliki, melainkan menjadi tempat singgah dalam badai yang tak kunjung reda, lalu dilupakan saat matahari kembali menyapa.
Dan ada pula hati yang tak bersuara, menunggu dalam senyap, memanggul rindu tanpa jaminan akan menjadi tempat pulang. Hati yang tak pernah ditanya, tapi selalu ada; menjadi rumah bagi seseorang yang tak pernah ingin tinggal.
Lucunya, cinta tak pernah paham logika. Ia tak memilih yang pantas, tak menetap pada yang layak. Ia berdiam di tempat yang paling retak, tumbuh di antara luka-luka yang belum sempat sembuh, menjadikan harapan sebagai candu untuk bertahan.
Ini bukan sekadar cerita tentang cinta yang tak terbalas. Ini tentang jiwa yang rela menjadi persinggahan dalam hidup orang lain, meski ia diciptakan untuk menjadi rumah. Tentang keberanian mencintai tanpa pamrih, tentang ketulusan yang tak meminta kembali.
Karena mungkin, dalam dimensi cinta yang paling sunyi, hadir, meski tak dianggap, lebih bermakna daripada pergi tanpa sempat menyentuh.
-
"Lo tuh bukan yang gue mau, Bun. Lo cuma yang kebetulan ada pas gue hancur."
-Lautvianar
"Gue tau gue cuma pelampiasan. Tapi lo tau yang lebih nyakitin? Bahkan buat nyakitin, lo masih butuh gue."
-Embunara