26 September 2014 Seoul, Korea Selatan Seorang lelaki berumur paruh baya keluar dari ruang kerjanya. Dia berjalan tegap dan merapikan jasnya yang sebenarnya sudah terlihat habis disetrika. Gurat-gurat wajahnya memperlihatkan sosoknya yang pemikir dan pekerja keras. Dia mengambil ponsel dari saku jasnya. Ponsel touchscreen. Terlalu modern untuk orang seusianya. Tetapi sebanding dengan profesi yang dia miliki. Lelaki tua itu menghubungi seseorang yang kelihatannya begitu penting. Terlihat jelas dari raut mukanya yang berubah serius. "Bagaimana? Kau sudah melakukannya?" "Saya sudah memanggil beberapa pekerja. Tinggal menunggu hasil.", seseorang dari seberang menjawab pertanyaan si lelaki tua dengan santai. Lelaki tua itu mendesah pelan. "Dasar kacung bodoh! Aku membayarmu 10 juta bukan hanya untuk berleha-leha." "Apa anda bilang? Anda tidak bisa berkata semena-mena pada seseorang. Apakah anda sendiri lupa siapa anda? Apakah seseorang seperti anda pantas berkata seperti itu? Maaf jika saya lancang. Saya hanya ingin mengingatkan anda bahwa disini posisi kita sama. Saya menerima uang anda dan anda mendapatkan tempat itu. Sejujurnya saya tidak terlalu butuh dengan uang 10 juta. Atau tempat itu saya tarik balik saja?" "Oh... jangan-jangan. Baiklah Mr. A.J. Teruskan pekerjaanmu. Aku ingin dalam waktu dekat tempat itu sudah bisa aku miliki." "Oke. Semoga hidupmu tenang disana.", seorang lelaki dari seberang menyunggingkan senyum kepuasan di bibirnya. Lelaki itu lansung mematikan ponselnya begitu saja tanpa mempedulikan si lelaki tua yang sudah mencak-mencak ingin memukulnya. Jika saja mereka berada di jarak yang dekat. *****
2 parts