"Tapi kenapa lo ujan-ujanan? Lo bisa sakit nanti." "Gue...harus mengejar hujan." Katanya lagi-lagi tak kumengerti. "Hujan bulan Januari yang terlewat selama lebih dari sepuluh tahun." Imbuhnya sembari menatapku. Aku mematung. Aku tak perlu kamus untuk mengerti arti ucapannya kali ini. Dia, Calla... apa benar dia... "Buset dah!" Serunya memutus lamunanku. "Segitu keringnya ya hati gue. Sepuluh tahun bang! Mana si ujan malah bengong lagi." Dia mengerucutkan bibirnya tanda kesal. Aku mengangkat ujung bibirku. Dia kembali jadi Calla. Callaku.