AKU berlari secepat mungkin mengejar pintu lift yang terbuka. Aku sadar sepatuku yang berhak lima sentimeter itu menghalangiku berlari. Tanpa pikir panjang, kulepaskan sepatu itu dan berlari di atas lantai marmer hitam tanpa alas kaki sambil berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terpeleset. Huuup! Aku menarik napas panjang ketika pintu lift tertutup denganku di dalamnya. Aku akan menekan tombol lantai 12, tapi ternyata tombol itu sudah menyala, menandakan bahwa satu- satunya orang yang berada di dalam lift bersamaku juga menuju lantai yang sama. Dengan terburu-buru aku membersihkan kedua telapak kakiku yang tertutup stoking berwarna kulit dengan telapak tangan. Setelah yakin tidak ada pasir yang menempel, kukenakan sepatuku kembali. Tanpa menghiraukan teman seliftku, aku menghadap salah satu cermin yang mengelilingi tiga sisi lift tersebut dan menyapukan lipgloss pink di bibirku. Kupastikan warna bibirku sudah rata sebelum mengalihkan perhatian pada rambutku y