"Ayo sayang, kita cari tempat makan dan nongkrong yang asyik?" ujarmu kala itu.
Kami mengarah ke jalan Siliwangi.
Hanya butuh beberapa menit sebelum Sisi menunjuk sebuah tempat di sebalah kiri jalan.
Kutatap tulisan mandarin yang tak bisa ku mengerti, untungnya pramusaji mereka berbicara bahasa Indonesia.
Ada beberapa privat room berjejer di sepanjang langkah kami, sengaja kupilih tempat yang paling ujung.
Ruangan yang berdinding kayu Merbau menjadi pilihan kami, terdapat meja berukuran besar, ada sekitar 8 kursi di ruangan ini.
Bukan tempat nongkrong, gumamku dalam hati.
Pramusaji menyerahkan daftar menu. Jujur, aku hampir ga mengenal semua menu yang tersedia. Berbeda dengan Sisi, ia dengan mudah menyebutkan semua pesanannya.
Selama ini aku memang ga pernah makan di tempat seperti ini, aku kurang suka dengan makanan mewah.
Aku pesan menu sama dengan apa yang disebutkan Sisi.
Tak berapa lama, semua pesanan datang.
Pintu ditutup dengan rapat, hanya ada kami berdua.