Gak ada yang bisa dia perbuat, setelah menerima keputusan dokter yang begitu menyayat. Tiara menenggelamkan kertas itu didadanya, memeluknya erat, dan menangis terisak saat mendengar vonis yang baru saja disampaikan oleh orang berjas putih didepannya. sentuhan demi sentuhan lembut dipunggungnya hanya menambah frekuensi luka dan membuatnya semakin nyeri. Inilah hidup tiara kini, hidupnya yang singkat, hidup yang dengan bayang - bayang sakit yang siap mengikutinya kemanapun dia pergi. dan tiara tidak dapat menyangkal itu. "Pasrah?" "Menyerah pada keadaan?" "Menerima nasib?" "Tidak ! itu bukan hidupku" Lirihnya pelan, sambil menggeleng-gelengkan kepalanyaAll Rights Reserved
1 part