Baik, aku masih disini di ruang kerjaku, aku terus manatap layar handphone ku sengaja akhir-akhir ini aku tidak membuka path hanya untuk tidak tahu kabar tentang dia, karena sejak sebulan ini aku mencoba menghindar darinya, aku hanya ingin hidup dengan duniaku sendiri tanpa bayang-bayangnya dan satu-satunya komunikasi yang bisa kita gunakan hanyalah path. Meskipun hampir satu bulan kita tidak bertemu entah mengapa kita secara tidak sengaja saling memberi kabar lewat path, entah itu sedang apa, dimana, dan dengan siapa semuanya secara tidak sengaja sign in in the path.
Dan kemaren tepat tanggal ulang tahunnya 14 oktober, aku sengaja tidak mengucapkan secara langsung tapi hanya lewat doa. Doa yang selalu aku selipkan disetiap sujudku, di setiap perbicangan rahasiku dengan sang ILAHI.
Walaupun terkadang kenangan yang hampir 2 tahun kita miliki terbayang di ingatanku. Betapa tidak. Aku menemanimu dari titik nol dan sampai dititik ini entah mengapa aku menyerah. Menyerah untuk menunggumu berubah. Jarak 2 tahun diantara kita sungguh membuat kita begitu berbeda. Dan kesalahan kamu Cuma satu kamu ga pernah bisa dibawa ke masa depan dan aku lelah dengan semua itu.
As Dallas and Drayton navigate life in the spotlight, Spencer is navigating intense feelings for Nathan - her best friend's brother.
*****
Dallas and Drayton are planning their wedding, talking babies and learning how to navigate life in LA now that Drayton is a hotshot football player in the big leagues. Meanwhile, Spencer and Nathan are back at home in Colorado, coming to terms with their feelings for one another and learning how to co-parent with Grayson, the father of Spencer's daughter. Will the realities of adult life strengthen them - or will their relationships break?
[Sequel to The QB Bad Boy and Me]
[[word count: 150,000-200,000 words]]