Story cover for Eiffel Untuk Dia by AchmadiAljufri
Eiffel Untuk Dia
  • WpView
    Reads 163
  • WpVote
    Votes 11
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 163
  • WpVote
    Votes 11
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Oct 27, 2015
Penampilannya,tutur bahasa, geraknya tidak seperti dulu lagi. Dibaluti pakaian serba hitam dan kini hanya matanya saja yang terlihat. Inikah Niqab? Tanya Dirga didalam hatinya.
 
“Buku itu, aku mencoba menuliskan seandainya kita akan berada disana suatu saat nanti”

 “Eiffel...iya aku sudah membacanya” Jawab Dessy, Sekilas ia teringat setahun yang lalu...kisah tentang janji mereka berdua.

“Iya, aku akan melamarmu disana” jawab Dirga dengan senyumnya yang sangat bahagia, ia sudah tidak sabar lagi ingin memberikan tiket ke France yang sudah di belinya itu. Sementara...

Dessy terdiam, kini kata-kata yang semacam jarum itu telah menusuk dihatinya. Kini dia didalam kebingungan.

“Maaf, janji itu tidak bisa aku tepati” Jawabnya Sambil pergi membelakangi Dirga.

Apa?...Tunggu...apa maksudnya itu?... 

Dirga, kini dia mematung sekarang rasa tak percaya dengan jawaban beberapa detik itu.
Jadi untuk apa usahanya selama ini?  Untuk apa buku yang ditulisnya dengan pengorbanan yang tidak bisa dianggap remeh itu?...
Apakah janji Eiffel itu hanya bualan?

“Galuh...Pergilah untuk dia”  ucap Dessy dari kejauhan.
All Rights Reserved
Sign up to add Eiffel Untuk Dia to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai) by NurHanifah064
80 parts Complete
"Memalukan." ujar Azzam sinis, tatapannya datar. Asya tersentak, senyumnya memudar, ada apalagi dengan suaminya. Kenapa sikapnya selalu berubah. Apa katanya tadi 'memalukan' apa maksudnya. "Ma-maksud mas apa?" tanya Asya bingung. "Jangan pura-pura tidak tahu." sinis Azzam. Asya mengerutkan keningnya. "Asya gak ngerti, maksudnya apa. Asya buat salah lagi?" jawabnya lirih. "Kenapa kamu itu gak bisa sadar diri." ujar Azzam dengan nada dingin. Asya menunduk dalam, "Kalo mas gak bilang Asya juga gak tahu." jawab Asya, suaranya mulai bergetar. Azzam mengusap wajahnya kasar, segera ia beristigfar. Takut syetan menguasai dirinya ketika marah. Dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. "Tadi kamu pulang sama siapa?" tanya Azzam, matanya menyorot tajam. Asya yang melihat itu pun mulai takut. Ia lupa memberi tahu Azzam tentang itu, dan ... darimana Azzam tahu hal ini. Astagfirullah kenapa ia selalu saja ceroboh. "Gak bisa jawab, kan." sindir Azzam. Ia berjalan ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras. Asya segera tersadar dan menyusul langkah Azzam. "Mas Asya bisa jelasin." pekik Asya dari luar kamar, ia menggedor-gedor pintu namun tak digubris oleh Azzam. "Mas Azzam salah paham, Asya bisa jelasin. Itu semua gak kayak yang mas pikirin." ucap Asya dari luar. Hening. "Mas," panggil Asya mulai pasrah. Sepertinya Azzam benar-benar marah, ini semua karena kecerobohannya sendiri. Menyalahkan Fahmi juga bukan pembenaran, karena ia membantunya untuk menjalankan amanah. Cover by Nurhanifah
Saujana Sandyakala ~ Completed by Alvyadrvyera
39 parts Complete
"Kecil, cengeng, ribet, berisik, penakut lagi,"ucap seorang pria mendengus sebal. Kira-kira begitulah komentar Prawira tentang istrinya. Bukan tentang romansa untuk menggoda. Sayangnya dia mengatakan dengan logika. Begitu risihnya pria itu dengan istrinya. -&- Nilam, gadis muda yang memilih menikah dengan pria dengan perbedaan usia 16 tahun. Banyak orang yang mengatakan dirinya hanya mengejar harta jika adanya perbedaan sejauh itu. Sayangnya pria yang dia nikahi adalah pria sederhana, temperamen dan dingin. Padahal di saat yang sama dia bisa mengubah status kehidupannya begitu bahagia dengan pria seusianya dengan karakter sabar dan lemah lembut. Apalagi secara finansial, jauh lebih baik dari pilihannya. Wira, suami yang dipilih Nilam sama sekali tidak mengandung kelebihan selain cerdas. Pria itu juga tidak romantis apalagi mengerti dengan pola pikirnya. Tapi apa yang dia katakan bukannya pemanis. Karakternya memang temperamen. -&- "Nilam. Pernikahan itu hanya sekali. Dengan menikah kamu menyerahkan seluruh kehidupanmu pada suamimu, sayang. Pria temperamen itu tidak pantas denganmu. Kenapa kamu mencari neraka saat dihadapkan dengan surga?"tanya Ibunya mengusap pelan kepalanya. "Mungkin Nilam terlihat bodoh, Bu. Tapi kalau semuanya berpikir demikian, siapa yang akan bersama dengannya? Nilam ingin menjadi kedamaian baginya saat amarahnya memuncak,"ucap gadis itu tersenyum lebar. -&- "Coba jawab aku, bagaimana aku bisa lupa? Setiap aku melihat diri ku di cermin, aku selalu menatap kedua matanya? Bahkan jika aku mengenal perempuan lain, aku pun melihat dengan kedua matanya. Aku ikhlas. Tapi aku tidak mau durhaka pada istriku karena masih memiliki perempuan lain dalam benakku. Jangan buat aku semakin tenggelam dalam kesalahan, Pram. Jangan kamu pikir aku tidak berusaha untuk membuangnya. Namun apa yang ku dapat? Semakin aku mencoba, perasaan itu semakin tumbuh, Pram,"ucap Wira frustasi. -&- Salam hangat, Aku yang masih mencintainya.
You may also like
Slide 1 of 8
Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai) cover
Asam Asa cover
Diandra [Completed] cover
Serpihan Luka cover
SAH (Menikah Dengan Mantan) cover
The Baby is Mine cover
CENGKRAMAN DIRGA'S cover
Saujana Sandyakala ~ Completed cover

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)

80 parts Complete

"Memalukan." ujar Azzam sinis, tatapannya datar. Asya tersentak, senyumnya memudar, ada apalagi dengan suaminya. Kenapa sikapnya selalu berubah. Apa katanya tadi 'memalukan' apa maksudnya. "Ma-maksud mas apa?" tanya Asya bingung. "Jangan pura-pura tidak tahu." sinis Azzam. Asya mengerutkan keningnya. "Asya gak ngerti, maksudnya apa. Asya buat salah lagi?" jawabnya lirih. "Kenapa kamu itu gak bisa sadar diri." ujar Azzam dengan nada dingin. Asya menunduk dalam, "Kalo mas gak bilang Asya juga gak tahu." jawab Asya, suaranya mulai bergetar. Azzam mengusap wajahnya kasar, segera ia beristigfar. Takut syetan menguasai dirinya ketika marah. Dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. "Tadi kamu pulang sama siapa?" tanya Azzam, matanya menyorot tajam. Asya yang melihat itu pun mulai takut. Ia lupa memberi tahu Azzam tentang itu, dan ... darimana Azzam tahu hal ini. Astagfirullah kenapa ia selalu saja ceroboh. "Gak bisa jawab, kan." sindir Azzam. Ia berjalan ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras. Asya segera tersadar dan menyusul langkah Azzam. "Mas Asya bisa jelasin." pekik Asya dari luar kamar, ia menggedor-gedor pintu namun tak digubris oleh Azzam. "Mas Azzam salah paham, Asya bisa jelasin. Itu semua gak kayak yang mas pikirin." ucap Asya dari luar. Hening. "Mas," panggil Asya mulai pasrah. Sepertinya Azzam benar-benar marah, ini semua karena kecerobohannya sendiri. Menyalahkan Fahmi juga bukan pembenaran, karena ia membantunya untuk menjalankan amanah. Cover by Nurhanifah