"apakah aku harus mengikuti semua kata ayah? termasuk perjodahan yang telah ayah rencanakan? iya aku tau aku harus mengikuti dan mematuhi semua ucapan ayah, tapi untuk jodoh? tak bisakah untuk hal yang satu ini biar aku saja yang menentukannya? ini kan untuk masa depanku. aku yang akan menjalaninya, bukan ayah. lalu bagaimana dengan dia yang telah ada dihatiku selama ini?" - Shefa pov. Setiap mendengar kata perjodohan kau pasti akan berfikir dan mengucapkan "hallo, tahun berapakah ini? masih jaman tuh dijodoh-jodohin?" tapi memang masih banyak yang menggunakan yang sering dibilang sebagai tradisi, termasuk ayah Shefa, ia berniat menjodohkan Shefa, anak semata wayangnya dengan anak teman lamanya. Apakah Shefa akan menerima dengan senang hati dan melupakan seseorang yang sudah cukup lama terpatri dihatinya?