Aku tak pernah berpikir kalau bisa berjumpa lagi denganmu. Jangankan berpikir, berharap saja tidak. Buat apa? Bukankah kamu sudah jauh dan mencampakkanku? Kamu ingat, waktu itu dengan alasan cita-citamu sudah hampir nyata, kamu tinggalkan aku. Tinggalkan hubungan kita yang bahkan belum genap kau nyatakan. Kamu hanya bilang, "Kita sudah dewasa. Jalani saja semua." Lalu, hari-hariku kau lumatkan aku dalam genangan birahi cinta tanpa suara. Cuma bunyi detik saja tak berirama. Awalnya aku terima, lama-lama, aku mulai jengah. Apalagi ketika birahi rindu mulai menggerayangi diri dan sukmaku. Kamu tak ada ada di sisi, aku sangat gelisah. Keringat dingin mulai membasah. Apakah aku harus onani kesekian kali? Dan, kemarin tiba-tiba kita bertemu lagi setelah sekian lama. Setahun, dua, lima, tujuh, sepuluh, limabelas..... Setelah duapuluh tahun saudara-saudara, birahi cinta ini akhirnya bisa kusalurkan. Senyummu masih menawan. Suaramu masih berwibawa. "Kamu tidak berubah ya... Masih cerewet, suka nanya dan hmmm...., nambah seksi rasanya...." Mata elangmu mulai menelanjangi ragaku. Seperti dulu juga. Lalu, mendadak saja hembusan nafasmu sudah di dekat telingaku, mendekat terus.... Laksana angin sepoi membuai nafsu lama yang tertahan. Aaaahhhhh.... Sentuhanmu... Saat kulit ari ketemu kulit ari membuyarkan kemarahan penantianku sekian lama. Kamu sangat tahu itu. Amat sangat. Sampai akhirnya ada yang dingin tersentuh di bibirku. Matamu menatapku sejenak seperti ingin mengajakku masuk ke dalam. Kepalaku mengangguk. Tanpa basa basi lagi, kamu sudah melumat bibir merahku dan tidak membiarkan bagian satu sisi pun tidak tersentuh oleh bibirmu. Ooohh.... Apakah memang penantian ini akan berakhir di hari ini? Lalu, bagaimana esok? Adakah janji bisa terucap pasti?
5 parts