Malam itu hujan deras disertai angin kencang. Suara petir saling bersautan. Jalanan kompleks tampak lengang. Suasana mencekam membuat sebagian orang memilih berlindung di dalam rumah mereka yang hangat. Tapi, tidak untuk satu orang. Perempuan itu berjalan tertatih, kepalanya menunduk, tubuhnya bergetar hebat. Nampak pakaiannya terkoyak seperti dirobek secara paksa. Kakinya terus melangkah hingga dia berdiri tepat di depan gerbang rumahnya. Diruang tamu tampak ayah, ibu dan kedua kakaknya tengah menunggu dengan cemas. "Aku harus cari Denia sekarang ayah!" Ujar Bima sang kakak sulung. "Tunggu hujan reda Bim. Bahaya kalau kamu menyetir disaat seperti ini." Ujar sang ayah. "Aku nggak peduli yah bahkan aku lebih khawatir sama Denia!" Bima bergegas keluar menuju halaman rumah diiringi isak tangis sang bunda dan panggilan dari ayah dan adiknya. Saat bima hendak membuka pintu mobilnya, bima melihat sosok yang sejak tadi ia khawatirkan. Denia berdiri di depan gerbang rumahnya. "DENIA!!!