Aku berasal dari sebuah kerajaan yang semula berisi cinta saja. Ayahku, Raja Luvena adalah seorang raja yang penuh kasih. Semua rakyat mencintainya.
Kedamaian penuh cinta bagi rakyat Lovina nyatanya tak lama. Ketika Daila, seorang putri dari kerajaan tetangga berkunjung. Entah mengapa ayahanda tercinta terpikat. Lalu ia meminta izin kepada istrinya terkasih, Permaisuri Kamadesta untuk bisa menikahi Daila nan jelita. Ketika ditanya mengapa mau menikahi gadis itu? "Karena Daila cantik," jawab ayah.
Ibundaku antara setuju dan tidak mendengar alasan itu. Tapi, sebagai istri yang baik dan demi kebahagiaan cinta, ia menyetujui. Meski berurai air mata, Ibunda memberi restu dengan syarat Ayah harus tetap adil membagi cinta.
Malam sebelum hari pernikahan kedua Ayah tiba, mereka masih tetap tidur berdua. Memadu kasih dalam kedalaman malam. Keindahan yang dulu sempat dirasakan Ibunda sebagai istri satu-satunya seperti terasa lagi. Begitu hangat dan memuaskan dahaga cinta keduanya. Tanpa peduli hampir menjelang pagi, saat dimana hari baru menandakan Ibunda bukan lagi yang utama.
Siapa yang tahu, dari malam keindahan itu, mengahasilkan aku.
Aku pun lahir di perbatasan cinta. Dalam keindahan cinta baru Ayah, tapi kegelapan cinta Ibu.
Pertumbuhanku yang tanpa cukup kasih cinta dari pasangan orangtua yang komplit memaksaku mulai sering mencari cara agar bisa menggenapinya. Terutama sosok ayah.
Aku mulai membenci kehadiran Daila. Bagiku dia perempuan bejat yang menghancurkan segala.
Maka di usia remajaku, setelah mimpi basah itu aku alami, dia adalah perempuan pertama yang aku setubuhi. Dengan ganas, pelampiasan dendam cintaku.
Meski tidak ketahuan Ayah, Dalia mengadu. Ia pun meminta Ayah mengusirku.
Dan, sihir kecantikan Dalia membutatakan mata Ayah kembali. Diantara tangis Ibunda tercinta dan saudaraku yang lain, aku diusir Raja Luvena dari Kerajaan Lovina.
(akan indah jika Anda membaca ini dulu: https://www.wattpad.com/myworks/53116201-setubuhi-aku-dengan-rindumu)
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.