“Mengapa mereka runtuhkan rumah kita umi? Kenapa kita kena keluar?” Suara kecilnya penuh kaget meminta penjelasan umi. Umi terus termenung. Kak Long pula tak henti-henti berisak tangis menyapu air mata dengan tangan baju. Suasana begitu muram. Pertanyaan kecilnya tidak berjawab. Adik memeluknya dari belakang menahan gigil kesejukan. Umi meraih adik dalam pelukan lalu meraungkan tangis hiba lagi. Dia terpaku tidak mengerti. Sesungguhnya dia terlalu kecil benar waktu itu untuk memahami arti lara. - Disiarkan di majalah Dewan Bahasa dan Pustaka