Dalam kepekatan malam,dingin menyaluti sang tubuh jantan,terkial kial mencari sebalut daun,merecip tembakau Vanilla yang mahal nya itu di market seven,tersorok susuk bayang dicelah almari Seng Heng.
bayang itu sesekali bergerak mengikut alunan tari liuk sumbu pelita jepun yang sdang menyala,seolah-olah menunggu jasad lain datang untuk memikul ke pangku riba,lantasku terpandang radio Philip,lalu menekan memulas dan cuba menghayati suara siaran,teka takut takut muncul lagu "Padamkan lampu" nyanyian Mus May..dalam album Wings
Nyata pada malam itu,keinginan untuk merasa jiwa yang semakin beku dek formasi hala tuju impian hdup makin hambar,jadi..Aku biarkan bayang itu berteleku disitu,Aku biarkan,biarkan saja bulu roma nya tertanggal...
begitu juga aku
Bulu roma ini tegak bukan tegak sebarangan,tegak kerana aku sudah pun telan Gingseng Ali yang berupa coklat,konon bisa sekeras besi,tajam bagaikan pedang,namun pedang tumpul,gagal membilah Nafsu si bayang tersebut
Sungguh FunTat
𝐍𝐚𝐢𝐧𝐚 𝐚𝐧𝐝 𝐀𝐛𝐡𝐚𝐲:
They met in their second year of BBA.
She was the quiet, no-nonsense girl who preferred her own company and a Cold coffee.
He, on the other hand, was the boy who lit up every room he entered, with a smile so bright it could melt anyone's mood. Somehow, the two opposites became friends.
Abhay's cheerful jokes and carefree nature always managed to bring out Naina's hidden smiles, while Naina's sarcastic remarks kept him on his toes. But as they spent more time together, Naina realized that maybe it wasn't just friendship.
And Abhay? Well, he'd been falling for her grumpy side all along. Will Naina let down her walls and see what's in front of her, or will she push Abhay away, thinking they're just too different?"
𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐣𝐨𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞𝐢𝐫 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐋𝐎𝐕𝐄