Ambarawa, 1943 Sastro, Andai kau tahu, betapa besar rasa bersalah mengiris-iris hatiku, membuatku menangis darah setiap kali berusaha menggenggam bayangmu. Meski kaubilang, cinta yang sejati bukanlah cinta yang harus memiliki, melainkan cinta yang abadi, tetaplah diriku didera rasa bersalah karena telah menyakitimu. Hanyalah surat yang takkan pernah terkirim ini, pralambang jeritan hatiku. Andai kautahu, bahwa di sini, detak jantungku masih melagukan indah namamu. -Hertha Lodewijk-