Minggu pagi yang ceria, seorang gadis berambut panjang tengah duduk bersandar di kursi taman menikmati udara yang sejuk. Rambutnya dibiarkan tergerai. Diayun-ayunkannya kaki jenjang itu. Benda yang menempel di kedua telinganya mengalunkan nada-nada teratur yang merdu. Pepohonan rindang dan bunga-bunga yang tumbuh asri di sekitar taman menambah kesan indah. Senyum di wajahnya memancarkan sosok gadis periang nan ayu. Rain, Rey panggilannya.
Situasi pagi itu mungkin mengalihkan Rey dari masalah rumit yang dihadapinya pada akhir bulan Oktober ini. Masalah itu muncul satu-persatu, mulai dari cinta, sekolah, keluarga, cita-cita, teman, juga lainnya. Namun baginya, cinta yang paling rumit.
Rey membuka tas kecil di sampingnya dan mengambil buku berwarna biru. Dibukanya perlahan, tersebar banyak fotonya bersama sahabat-sahabat terdekatnya.
"Rey."
Seseorang menepuk pundak Rey. Refleks Rey menjatuhkan buku itu lalu menoleh.
"Ah, Kevin. Ngagetin aja."
Rey segera mengambil buku yang terjatuh lalu memasukkannya ke tas.
Hening.
"Boleh aku duduk di sampingmu?"
Kevin membuka percakapan.
"Iya."
"Rey, aku tahu kamu kecewa dengan sikap Sky yang berubah. Tapi mungkin dia berubah menyesuaikan diri dengan keadaan. Pergi ke negara lain dan kembali ke asal itu susah untuk mengadaptasikan diri, Rey. Ayolah, realistis. Jangan egois. Dia juga butuh waktu untuk membiasakan diri."
"Aku mengerti, tapi.."
"Tapi apa? Karena dia lupa sama kamu? Kamu salah memiliki rasa itu, kamu nggak pantas memiliki Sky. Kamu nggak cocok dengan pemuda tampan dan berkelas seperti dia. Lagi pula, sekarang kan Sky udah punya pacar."
Rey tersentak kaget menelan ludah. Memang Rey cemburu dan Rey pun bukan siapa-siapanya Sky. Tapi Rey hanya bingung, kenapa orang-orang selalu menyalahkannya, bahkan sahabat sekali pun. Ah, tidak ada yang mampu mengerti Rey.
··¤¤·· bersambung ··¤¤··
Seorang gadis manis mendapati dirinya terjebak di dalam dunia novel yang asing. Sebelumnya, ia sangat gemar membaca berbagai jenis novel, tetapi tak pernah terbayangkan bahwa suatu hari ia akan menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Semua bermula ketika ia meminum segelas susu, lalu tiba-tiba terbangun dalam tubuh seorang karakter novel yang bahkan tidak ia kenali. Apakah ia seorang protagonis, antagonis, atau sekadar figuran? Jika boleh memilih, ia lebih suka menjadi figuran, hidup tenang tanpa harus berurusan dengan tokoh utama.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah-kisah klise, bahkan seorang figuran pun bisa memainkan peran penting dalam alur cerita. Akankah ia berhasil menjalani kehidupan barunya tanpa terseret ke dalam pusaran konflik novel ini? Atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
________________________________
⚠️Dilarang keras memplagiat cerita ini!!
Cerita ini merupakan hasil karya yang saya tulis sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau alur dengan karya lain, itu semata-mata kebetulan dan tidak disengaja. Saya juga berusaha menyajikan cerita dengan gaya dan sudut pandang yang unik tanpa menyalin atau meniru karya orang lain.
________________
SEBUAH CERITA SEDERHANA YANG DIBUAT RUMIT⏳