Kinal dan Yona anak kembar yang berbeda sifat dan jenis kelamin. Yona yang lahir lebih awal dibanding Kinal, anak cheers, modis, dan cewek populer. Sementara Kinal sang adik, anak pintar, berjiwa petualang, dan termasuk cowok populer di sekolah. Walaupun mereka berdua sering sekali beradu pendapat namun keduanya saling menyayangi.
Yona dulu pernah pacaran dengan sahabat Kinal, Vino, tapi karena lelah akan cerita keluhan tentang keluarga Vino, akhirnya Yona berpaling pada Ronald yang selalu gencar memberikan perhatian lebih ke Yona.
Bagi Kinal cinta untuk Stella tidak akan pernah ada habisnya, karena menurut Kinal di hidup ini kita dapat jatuh cinta berkali-kali tapi yang terdalam hanya sekali.
Bukan hanya satu atau dua cewek, yang menaruh hati pada Kinal, mereka seolah berlomba-lomba untuk membuka hati Kinal dan memenangkannya. Kinal pun jadi bingung, apakah dia harus memilih salah satu di antara semua yang mencoba mendekatinya?
Mama Yona dan Kinal, selalu berusaha agar Kinal mau membuka hatinya pada orang lain, bahkan sahabat mamanya pun ikut-ikutan untuk menjodohkan Kinal. Kinal sudah cukup pusing dengan masalah ini, ditambah masalah percintaan Yona dengan Ronald yang ternyata membangkitkan kenangan-kenangan lamanya dengan Stella...
Seperti yang kalian bisa tebak, ini cerita tentang cinta. Tapi, cinta bukan hal yang bisa ditebak. Cinta merupakan sesuatu yang baru akan datang saat diberi kesempatan.
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.