Setiap orang pasti pernah dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Dimana kedua pilihan itu bukan merupakan pilihan bagimu. Kedua-duanya yang sangat berharga bagimu. Begitupun dengan Gumara yang harus dihadapkan pada dua pilihan yang sulit untuknya. Ia harus memilih antara ibu yang sangat disayanginya atau kekasihnya yang sangat ia cintai. Pitaloka tidak pernah menyalahkan atas keputusan Gumara. Ia sadar dan ia akan mencoba untuk merelakan Gumara. Lelaki yang sangat dicintainya. Namun, semakin Pitaloka memaksakan dirinya, ia tahu hatinya akan tetap memilih lelaki itu. Bahkan disaat ia berusaha dalam pelariannya, takdir seakan menolak. Pitaloka dan Gumara dipertemukan kembali dalam sebuah kejadian. Yang dimana kejadian itu mampu menyayat lebih dalam hati Pitaloka. Cinta yang menuntunmu ke jalannya. Dimana persoalan cinta yang tiada ujungnya, berliku-liku. Di setiap langkahnya yang penuh kerikil. Dengan penuh deraian air mata. Dimana cinta merupakan hal tabu yang begitu sulit untuk dimengerti.