"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel terdiam untuk beberapa saat. Keduanya terdiam menahan setiap gejolak yang ada di hati dan fikirannya masing-masing. Menahan jutaan perasaan aneh yang beterbangan menghampiri fikirannya. Namun mereka tak tahu, sebesar apa dampak yang akan dihasilkan dari kalimat tersebut. Mereka tak tahu, apakah kalimat tersebut akan membawa kebaikan dan kebahagiaan dalam kehidupannya, atau justru sebaliknya. Hati dan fikiran, keduanya tercipta untuk mempertimbangkan segala tindakan dan perbuatan yang akan dilakukan oleh setiap manusia. Mengkoordinir dan mengatur segala tindak-tanduknya kearah yang positif maupun negatif. Namun pertanyaannya sekarang adalah, akankah keduanya menuntun mereka kearah yang lebih baik? Akankah sebuah kebahagiaan menghampiri mereka dimasa mendatang kelak? Atau akankah hanya sebuah kesedihan yang berujung penyesalan yang akan menghampiri keduanya? Rachel, dia yang tak pernah lagi percaya akan seorang pria kecuali Ayah dan Kakaknya, serta Julian yang dipenuhi akan ketenaran dan kekayaan namun tak bisa memiliki dia yang dicintainya.