Ketika hati saling beradu. Mencari muara tanpa tau letaknya. Bimbang yang menjadi penentu, semakin tak jelas arah. Namun, mengapa langkah tetap berpijak di atas bumi? Mengapa tak terhempas saja raga ini bertemu Tuhan. Menumpahkan darah sebab luka terlalu lama tersimpan sendiri. Mengalir pada nadi yang lemah. Mengapa ia tetap berdenyut? Aku tak tau dia yang akan melukaiku justru mengantarku pada kehidupan yang lebih. Haruskah ku berterima kasih padanya? Atau tetap menancapkan amarahku pada rongga lehernya, mencekiknya. Membuat ia merasa bersalah. Hidup dalam penyesalan. Aku harus bagaimana?