(A)Lone (INFINITE's One-Shots Party) [FIN]
  • Reads 763
  • Votes 50
  • Parts 2
  • Reads 763
  • Votes 50
  • Parts 2
Complete, First published Jan 23, 2016
Invisible. Tak kasat mata.

Unheard. Tak terdengar.

Alone. Sendirian.

Kata-kata itu mungkin bisa menggambarkanku. Aku yang tak kasat mata dan aku yang tak terdengar.

Tidak ada yang mau melihat ke arahku. Dan tidak ada yang mau mendengarku.

Aku gila. Ya, aku gila. Aku gila karena aku hanya bisa berbicara kepada diriku sendiri.

Apa tidak ada orang yang menyayangiku sehingga aku ditelantarkan seperti ini?
All Rights Reserved
Sign up to add (A)Lone (INFINITE's One-Shots Party) [FIN] to your library and receive updates
or
#55ravi
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
The Qonsequences cover
After Graduation cover
Kesayangan Bunda cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
Little Dumplings cover
Kisah Tak Sempurna cover
Rafa [End💗] cover
Fiction -sungjake✔ cover
Ziel Alexander Dominic [PDF]✔️ cover

Dosa Ku

76 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.