Perubahan dalam hidup membutuhkan proses, namun berubahlah menjadi pribadi yang lebih baik agar hidup juga akan menjadi lebih baik. Hari ini akan ada pertemuan antara keluargaku dengan keluarga Wijaya, sahabat karib Abiku. Aku sudah bersiap sejak 15 menit yang lalu. Perjalanan kami tempuh dengan lancar. Abi bercerita ria saat menceritakan Pak Wiaya kepadaku, dimana persahabatan mereka memang persahabatan yang paling seru yang pernah ada. sesampainya di rumah Pak Wijaya, kami disambut dengan hangat oleh keluarganya. keluarga Pak Wijaya sangat ramah dan sopan. Abi bertemu Pak Wijaya karena memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu 3 tahun lamanya. Karena Pak Wijaya juga pindah ke luar kota sejak 2 tahun lalu. saat asyik berngobrol ria dengan anak bungsu Pak Wijaya, datanglah seorang laki-laki muda yang umurnya tidak terpaut jauh denganku. sekitar 2 tahun lebih tua. wajahnya memar dan bibirnya sedikit sobek. sudah bisa ditebak bahwa ia habis berkelahi. "Adrian!! pasti kamu habis berantem lagi. mau jadi jagoan kamu? gak ada kapoknya dibilangin. jadi anak gak tau diuntung kamu!" teriak Pak Wijaya. pemuda itu hanya berlalu tanpa menoleh sedikit pun. Bertolak belakang sekali dengan keluarga Wijaya yang dikenal baik oleh keluargaku. "Jadi, maksud aku mengundang keluargamu disini Hardi, adalah untuk membuat anakku lebih baik. dan aku akan meminta bantuan Asma untuk mengarahkan Adrian ke jalan yang benar. karena kami tahu bahwa Asma bisa menuntun Adrian karena keluarga kalian juga sangat religius." tukas Pak Wijaya. Aku tersentak mendengar pernyataan Pak Wijaya yang kukira mengundang hanya untuk silaturahmi ternyata ada maksud lain dari pertemuan ini. "apa kamu bersedia, Asma?" pertanyaan Umi yang membuat lamunanku buyar. "iya, Mi. aku bersedia." jawabku terbata-bata. mau tidak mau melakukannya karena aku tau ini akan sulit. dan terpaksa ku jawab iya karena takut dosa melawan permintaan orang tuaku.