"Terus Lari!" Aku berseru. "Jangan melihat ke belakang." Akibal dan Zull menoleh, mata mereka melotot. "Oh sial!". Mau tidak mau aku pun menengok. "Tamatlah kita!" *** Menjadi murid di salah satu SMK yang terkenal dengan kenakalan siswanya, sudah menjadi hal lumrah ketika harus mengikuti tawuran antar pelajar. Lebih dari lima puluh anak berjalan kaki dengan tergesa-gesa. Tak ada raut ketakutan di wajah mereka. Apalagi bagi pemimpin regu. "Siapkan senjata!" Suaranya terdengar nyaring. Dia mengeluarkan sabuk yang ujungnya terpasang gear motor. Yang lain juga mengikuti. Clurit berkarat, pedang samurai, senapan angin, dan bom molotof rakitan. Sedangkan aku, ya ... Bersama Akibal dan Zull melihat dengan bingung. Karena ini pengalaman pertama bagi kami bertiga. "Hei, kenapa kalian nggak pake senjata? Mau mati?" Salah satu anak di sebelah kami bertanya dengan nada sarkas. Kami tak menjawab. "Sana ambil batu! Atau apalah yang penting bisa untuk melukai lawan."All Rights Reserved
1 part