Ketika berharap, diri ini seperti dituntut. Perasaan tak mampu berkelana hanya karena jiwa ini berkecamuk kecewa. Sepertinya harapan tidak cukup andil dalam menguasai raga ini. Aku menahan ribuan rasa yang terus mengalir bersama segenggam harap namun raga lemah tak berusik karena perasaan dikalahkan ego yang terus tertuju pada cinta. Lalu bagaimana jika si buta pernah melihat si tampan? Namun ingin kembali menatap kegelapan. Lalu kemana hilangnya memori yang tak membekas oleh celaka? Hati hati, hati ini salah berpijak. Lalu bagaimana dengan si kakak picik? Menatap iba sang adik kecil tanpa peduli diserang boomerang. Bercengkrama menggeluti hati yang kian tak bersahabat. Bahwa nyatanya harapan dapat terwujud dengan adanya jiwa raga yang terus mencintai kesetiaannya.Todos los derechos reservados
1 parte