Lebih dari apapun...
daripada aku menyakiti orang yang aku sayangi...,
lebih baik aku terluka karena orang itu....
aku...,
lebih baik tidur abadi di tangan orang yang aku sayangi...,
daripada aku mati sia-sia dalam pertempuran....
setidaknya...,
satu kali saja..., sebelum aku mulai menghilang menjadi debu untuk selamanya...,
'orang yang aku sayangi' dapat melihat mataku, menembus dasar hati terdalamku...,
kenapa aku menghianati tanah kelahiranku...?
kenapa aku membuatnya kecewa...?
bahkan..., jika dia tak mengerti alasan itu....
setidaknya, tolong, lihatlah aku...,
selama lebih dari ribuan tahun aku memperhatikanmu.
.
.
setelah 820 tahun berlalu...,
'rasa' itu tetap ada mengalahkan waktu yang sangat lama dan akan terus ada...,
bahkan...sampai satu detik lagi, aku menghilang....
.
.
setidaknya, tolong lihat itu...
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah."
-Hilario Jarvis Zachary
Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelikan hidup Ratu Marsha adalah lontaran partikel debu yang terus beterbangan di planet keempat tata surya.
Jangan bayangkan hidup Matcha berlangsung indah seperti ratu yang keinginannya selalu terpenuhi dengan harta warisan melimpah.
Matcha ... jauh dari segala standar yang diimpikan oleh banyak gadis. Hidupnya menyeramkan dan semakin seperti neraka setelah bertemu Hilario Jarvis Zachary pada malam suram di sebuah ruang penyiksaan yang membawa Matcha terjebak dalam Asrama 665 Universitas Pakubandanu.
Di kampus, tak ada lagi Matcha dengan pakaian lusuh, usang, dan kedodorannya. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPD hanya mengenal Ratu Matcha yang cantik, sensual, mempesona, juga dengan tingkat kesongongan yang melebihi tingginya Olympus Mons di planet Mars. Para lelaki mata keranjang di UPD tidak tahu kalau Matcha yang senang berpenampilan menggoda itu adalah seorang istri dan ibu dari bayi berusia enam bulan.
(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK)
Start: 17 Juli 2024
End:
WARNING: 18+
AN: Ambil baiknya, buang hal buruknya🧚♀️
[harsh words, violence, sexuality, and criminality]