Akhirnya aku keluar dari rumah itu, aku lelah di rumah itu. Kata orang rumahku istanaku, tapi menurutku rumahku nerakaku. Di rumah aku hanya bisa mendengar suara teriakan orang bertengkar, ribut dan memusingkan. Kalau aku boleh memilih sekarang, aku pilih pergi meninggalkan mereka semua. Aku jamin tidak akan ada yang mencariku atau kalau aku mati pasti tidak ada yang menyesali kepergianku. Karena aku hanya sebuah beban untuk mereka. Aku tiba di sekolah menengah pertama tempatku menuntut ilmu. Aku duduk di bangku kelas XIII sebuah SMP Negeri. Aku termasuk anak pendiam di kelas, tidak banyak yang aku kenal. Tapi syukurlah teman-teman sekelasku bersikap baik padaku tidak ada yang bersifat bullying karena aku anak tertutup. Tekanan batin dari rumah membuatku menjadi sosok yang takut berteman. Bel masuk berbunyi, tempat duduk di sekolah ini bermodel seperti anak kuliahan. Satu bangku untuk satu orang. Hal itu semakin sukses membuatku mendapat cap penyendiri di kelas.
5 parts