Detik ketika semua rangkaian tuturmu membawaku pada satu kesimpulan. Tahta dan hartamu. Kehormatanmu di mata mereka dan lingkunganmu. Kau sama saja. Mana sanggup kau tenggelam pergi dari semua itu. Aku tahu, aku tahu Anggra. Rasa cinta yang membakar kita dulu adalah gejolakmu, nalurimu dan egomu. Laki-laki? Begitukah kau dan kalian semua yang pernah bertutur mencintaiku dan mengagumiku bertampang? Kini aku mengerti dan aku tahu. Kutepiskan dengan kasar hatiku yang sudah busuk. Wujudku dikagumi tapi harga diriku dipandang dengan tipis. Nyaris tanpa harga mungkin. Sebab mereka yang menilai tahu, tahu bahwa dengan sejumlah nominal dan benda aku boleh disentuh. Harusnya sudah kupahami dengan tegas hal itu. Kenapa bodoh sekali. Harusnya aku tahu, tidak ada cinta yang benar untuk wanita sepertiku. Tidak pernah ada.