Story cover for Dimensi Ke 4 by sayyidherlan
Dimensi Ke 4
  • WpView
    Reads 20
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 20
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Mar 12, 2016
Kosong... tempat itu begitu bersih dan bercahaya. Tak ada lagi aku di 
sana, tak ada kita, juga kamu, maupun mereka. Yang ada hanyalah Dia. Dia 
bukanlah aku. Dia juga bukan kita maupun mereka. Bukan juga kamu. Dia 
adalah... segala.
Kosong... tak ada apapun di sana. Tidak putih, tidak hitam, tidak abu-abu. 
Tak ada warna. "Alastu bi rabbikum. Qaaluu balaa syahidnaa."
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Dimensi Ke 4 to your library and receive updates
or
#88dimensi
Content Guidelines
You may also like
NOESIS  by Reisen_San
10 parts Ongoing
Setiap pagi dimulai dengan nada yang sama. Nada yang tidak asing, tapi juga tak pernah benar-benar diingat. Seperti dengung lembut yang tumbuh dari dinding, atau bisikan yang terlalu sopan untuk membangunkan siapa pun. Anak-anak terbangun perlahan. Mereka tahu kapan harus duduk, kapan harus tersenyum, dan kapan harus mengatakan "terima kasih" pada sesuatu yang tidak pernah mereka lihat. Langit tak pernah berubah. Lantai tak pernah berdebu. Hari-hari disusun rapi seperti barisan seprai yang terlipat. Tidak ada yang jatuh. Tidak ada yang hilang. Kecuali... sesuatu yang tidak pernah disebut. Di antara semua yang seragam, ada satu yang tidak persis cocok. Seorang anak perempuan yang terlalu tenang, terlalu sering diam di tengah keramaian, dan matanya-selalu mencari sesuatu yang tidak terlihat orang lain. Serene. Ia menulis hal-hal kecil di balik kertas tugas. Hal-hal yang tidak pernah diajarkan, dan tidak boleh ditanyakan. Ia mencatat kapan musik terasa sedikit lebih sendu, kapan suara langkah di lorong tidak cocok dengan jumlah kaki. Orang bilang Serene hanya anak yang suka berpikir. Anak yang tidak pernah nakal, tidak pernah melawan. Tapi mereka tidak tahu... diam itu kadang bukan berarti lupa, melainkan mengingat terlalu banyak. Dan pagi-pagi di tempat ini, yang seharusnya hangat dan tenang, perlahan mulai terdengar berbeda- bukan karena ada suara baru, tapi karena seseorang mulai benar-benar mendengarkan. *Update setiap jumat * *Aku butuh sebuah 🌟 agar mereka yang tak terlihat tidak mendekat *
You may also like
Slide 1 of 10
CAHYA UNTUK MENTARI cover
Kasalea (End) cover
Evanescent cover
Planet Atom cover
A R S E A N A cover
NOESIS  cover
UMBRA cover
Arcapada Bhayangkara  [Fanfic: Slay The Gods] cover
Fragments of the Unsaid cover
My Journey To Be With You [MJTY]  cover

CAHYA UNTUK MENTARI

23 parts Complete

"hidup memang hanya sekali, tapi kalau aku di beri kesempatan aku mau kamu ada di sisi aku lagi Cahya" mentari menghembuskan nafas dengan hati yang sesak "Yang lebih baik dari kamu memang banyak di luaran sana, tapi aku mau nya kamu" "Mana janji kamu untuk menemani aku sampai akhir nafas kita?" Mentari Dengan lelehan air matanya yang sudah tidak bisa di tahan, rasa sesak. "Semoga kita di pertemukan lagi ya nanti, walaupun bukan di dunia" mentari tersenyum ke arah pemandangan dari atas bukit Tempat dimana dia dan Cahya mulai berteman dan saling dekat satu sama lain *Disclaimer* "masih dalam pemulihan cerita, mohon dimengerti, karna ada beberapa chap yang masih terlalu pendek dan author berusaha untuk memperbaiki"