Mijoo adalah bunga matahari. Mijoo adalah si cantik periang nan baik hati yang membawa kebahagiaan. Tapi itu dulu. Kini ia telah berubah. Ia kini bunga mawar. Masih cantik, namun berduri. Alih-alih seorang periang, ia kini begitu ketus dan sinis. Bahkan ada yang menyamakannya dengan bunga es. Dingin. Namun itu tak membuat Mark, si anak baru di kelas Mijoo menjadi gentar. Ia yakin mampu menarik hati gadis Lee itu, bahkan mengubah perangainya.
Bukan tanpa alasan Mijoo menjadi demikian. Ia berubah semenjak ditinggal kedua orang tuanya. Ia kini hanya tinggal berdua dengan kakak lelakinya, Lee Howon, yang benar-benar berbeda dengan sang kekasih, Bae Juhyun. Kendati demikian, mereka berdua saling melengkapi. Jika Howon api, maka Juhyun adalah air. Jika Howon hitam, maka Juhyunlah sang putih. Begitulah, Juhyun seolah menjadi pelengkap ketidaksempurnaan Howon.
Suatu hari, Mijoo dan Howon mendapat kabar mengejutkan dari Juhyun, dan Mijoo adalah yang paling terkejut diantara mereka. Bagaimana tidak ? Si anak baru yang paling dibencinya ternyata berpotensi menjadi kunci teka-teki hilangnya Tuan dan Nyonya Lee menurut Juhyun. Sungguh, tak satupun dari keempatnya yang menyangka akan terjebak dalam situasi semacam ini. Jika boleh, tak ingin rasanya mereka percaya atas apa yang baru terjadi. Namun mau tak mau mereka tetap harus menghadapi semua rintangan yang menanti mereka. Di Sirkus Tengah Malam.
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?