Akhirnya masa yang aku tunggu tiba, sebuah kepahitan… kenyataan yang tak terelakkan. Aku pahami keadaan, keterbatasan yang ada padaku. Tetapi salahkah aku ? Aku hanya manusia biasa, seperti umat lainnya, aku memiliki hati dan rasa yang tidak jauh berbeda. Walau terlihat bahwa kesabaran ku tiada berbatas, namun sakit dan luka sama. Entah… apakah hati ini akan tetap sama, apabila nanti dia kembali kepadaku? Yang ku rasakan saat ini, hanya sakit luar biasa, dadaku seakan berhenti dan akan meledak. Air mata sudah kering, terlatih dengan sendirinya, karena di balik tawa yang dia berikan kepadaku selalu terselip luka dalam di dadaku. Sekarang aku tak pahami apa yang ada di hati ku ! Aku menginginkannya UTUH, keinginan yang melebihi apa pun yang ada di dunia. Apakah aku sudah menduakan Tuhan ku ? Entahlah… yang aku tahu, yang aku pahami, yang aku rasakan… aku tak ingin kehilangannya untuk kesekian kalinya. Aku coba menahan semua rasa ini, melupakan semua gejolak hati untuk selalu bersamanya. Tuhan… bunuhlah rasa ini… Aku semakin membenci diriku sendiri, aku semakin menginginkan kematian menjemputku, agar aku tidak terus melakukan dosa, agar dia terlepas dari ku. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun… terlebih seseorang disana yang tidak mengetahui tentang keberadaan ku. Tuhan… bunuhlah rasa ini… Aku semakin tidak sanggup meghadapi semua keadaan ini. Aku membenci semua rasa yang terus tumbuh di hati ku. Aku tidak menikmatinya, aku tersiksa. Bukan karena aku cemburu, seperti yang sering dia katakan. Aku membenci “cinta” ini, karena aku pahami… aku sangat bersalah. Tuhan… bunuhlah rasa ini… Aku tidak ingin ada yang tersakiti. Tidak akan mungkin menapakkan kaki di atas dua perahu. Tidak akan mungkin berjalan di dalam kubangan lumpur dan air jernih. Aku sungguh tidak memahami, ini semua di luar kendali ku… Aku semakin buta… semakin jahat !! Ya Tuhan ku… Aku sungguh tidak berdaya. Jangan biarkan aku melakukan kekonyolan yang membuat buah hati ku kehilangan ku…