Aisyaqila Ariana Ahmad.
Empat tahun yang lalu, saat si tomboy itu kuliah di Teknik Informatika UPN Yogyakarta, teman-temannya melihat dia sebagai anak lelaki cantik, berrambut pendek dan doyan memakai jeans belel. Bahkan nama panggilannya jauh dari feminin : Arik, si hacker, trouble maker dan urakan. Ketua team basket kampus yang tidak segan-segan menghajar siapapun yang menyinggung perasaannya. Di usianya yang masih belia, dia sukses kuliah dan menjalankan kariernya sebagai pemilik toko komputer kecil di daerah seputaran Janti. Rumah punya, mobil sedang kredit, pekerjaan sebagai web designer freelance cukup membuat kantongnya selalu banjir uang, masa depan cemerlang lah, ditambah lagi dia bertunangan dengan Reno Affan Dananjaya, seorang Manager Bank Swasta terkenal di Yogyakarta, sekaligus pewaris toko batik bangsawan paling terkenal di Yogyakarta. Siapapun menduga, masa depan gadis itu cerah.
Tapi siapa menyangka, gempa Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 meluluh lantakkan masa depannya : rumah, mobil, toko, lenyap tidak berbekas. Tunangannya pun memperlihatkan sisi lain dirinya, Reno tidak lagi ramah saat melihat Arik tidak lagi memiliki apa-apa.
Apakah hidup Arik sudah berakhir setelah dalam satu menit Tuhan mengambil semuanya?
Apakah kehancuran karier dan percintaan berarti berakhir pula masa depannya?
Hmm, atau malah sebenarnya Tuhan justru menyelamatkannya dari kehidupan masa depan yang membosankan dan memberikan petualangan baru yang lebih berwarna?
Ikuti kisah Arik.....yang juga bernama Aisya.
Sekian lama move on, Trinda mendadak CLBK-crush lama belum kelar-melihat mas-mas mempesona berkemeja batik slimfit incarannya delapan tahun silam muncul tanpa gandengan di depan publik untuk pertama kali, plus terkonfirmasi jomblo.
Harapan auto terbit.
Dia bukan lagi anak SMP creepy yang diam-diam naksir sahabat masnya. Sekarang, Trinda sudah glow up, sebentar lagi lulus S1. Masa iya, masih tetep nggak ada kesempatan?
"Cil ... astaga, udah pake kebaya cakep-cakep, makan es krim masih aja berantakan. Makanya kalau makan tuh sambil duduk, Nduk."
Tanpa banyak usaha, keberadaannya sebagai adik satu-satunya calon mempelai pria segera ter-notice sang tamu agung. Tapi, bukan situasi seperti ini yang Trinda harapkan.
Juga ... 'cil' dan 'nduk', katanya?
Jadi, sudah setua ini Trinda masih dianggep bocil, gitu? Ya Tuhan ....