"Aku berhak menyentuhmu di manapun yang ku mau." Ujar sang Alpha, kemudian menambahkan, "Di sini, di sini, di sini, dan di sini." Pria itu menyentuh dahi, mata, hidung, kemudian pipi dan berakhir pada bibir pucat Tania. "Intinya aku bebas menyentuhmu, setiap inchi tubuhmu, air matamu, detak jantungmu, dan setiap hembusan nafasmu adalah milikku." Tatapannya berubah melembut. Cengkraman kasar di kedua pipi Tania berubah elusan lembut. "A-apa maksudmu?" Tanya Tania berusaha untuk tetap tenang namun getaran hebat tubuhnya sama sekali tak bisa menutupinya. Jantungnya seketika berdebar tak karuan. Sang Alpha tersenyum tipis, senyuman yang jarang tercipta. Semua orang yang ada di sana terkesiap dan terhipnotis oleh senyuman sang Alpha, walaupun hanya senyuman tipis dan tak bertahan lama karena setelahnya wajah itu kembali datar. "Karena kau Mateku, millikku." Ucap Alpha yang membuat semuanya terkejut untuk yang kedua kalinya. Mereka tak menyangka bahwa gadis yang baru saja mereka tangkap dan mereka perlakukan tak pantas adalah sang Luna.