" STOP ! Berenti disana! Aku bilang berhenti ! WHAT ARE YOU ? "
teriakku dengan sejuta pertanyaan, ku hunuskan pisau tepat kearahnya , berbagai macam pertanyaan muncul di otakku yang bahkan tak bisa untuk dicerna.
Terlihat keterkejutan diwajahnya, dia memandangku dengan tatapan penuh sendu,
" Katakan ! " Teriakku lagi yang menuntut penjelasan, tanganku semakin maju dan bergetar, mengancungkan pisau dengan waspada ketika pria sialan didepanku ini berusaha untuk mendekat.
Kedua tangannya diacungkan kedepan seperti berusaha menenangkan diriku.
" oke, tapi please, turunkan pisau itu, aku akan menjelaskannya " Rayunya yang seakan bisa untuk menenangkanku .
" Tidak ! Ka.. kamu... sudah berapa banyak yang kau bunuh ? WHAT ARE YOU huh ? " Tanganku semakin bergetar saat mengucapkan kata-kata 'bunuh' , antara ketakutan dan tidak percaya berbaur menjadi satu membuat ombak gelombang besar diperutku terasa sesak dironggang pernapasanku.
Pikiran sekelebat kejadian-kejadian lalu bermunculan diotakku, membuatku legah hingga tanpa aku sadari jaraknya semakin dekat, dengan setangah kewarasanku dan kebimbangan ku ayunkan pisau yang menjadi pelindungku untuk menjadi pertanda untuk tidak mendekat,
Namun, sett...
mata ku membulat besar, dengan sangat cepat dia menarik tanganku yang memegang pisau , dia mengunciku, mencengkram pergelangan tanganku hingga pisau yang ku pegang lepas, baru saja aku ingin berontak, sebuah suara mengintuksi ditelingaku,
" maafkan aku , tidurlah "
tercium bau aroma menyengat dari kain dimulutku dan dia melumpuhkanku.
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.